ByoAh – Ngamen adalah kegiatanku sehari-hari, dari lampu merah hingga kerumah-rumah sering aku lalui. Dengan menggunakan tutup botol yang ku paku di kayu hingga memunculkan suara musik.
Dari itulah aku bisa bertahan hidup hingga saat ini. Sejak kecil hidupku dijalanan, tidur di emperan toko dan sering kali di usir karena bangun kesiangan.
Awal mula aku hidup terlantar adalah saat berumur 4 tahun, ibuku meninggalkanku karena tidak kuat dengan sikap bapak yang tidak bekerja dan selalu mabuk-mabukan.
Sifat bapak juga kasar kepada ibu, suka main tangan dan juga suka minta uang kepada ibu untuk maen dan mabuk-mabukan.
Ibu bekerja sebagai tukang cuci dan setrika di perumahan orang kaya. Saat itu aku sering ditinggal sendiri dirumah, makan pun sering terlambat jika ibu pulang terlambat.
Malam itu bapak mengamuk karena terpengaruh oleh minuman keras, ibu menangis. Saat bapak dan aku tidur ibu meninggalkan aku dan bapak. Mulai saat itu,bapak jarang pulang dan aku menangis mencari ibu di jalan hingga jauh dan tidak mengatahui arah jalan untuk pulang.
Aku tidur dijalanan, makan dari pemberian orang, terkadang mencari makanan sisa si tempat sampah. Sepanjang hari hidupku dijalan terkena panas, hujan, dan dingin.
Dijalan aku melihat banyak anak-anak memainkan alat musih buatannya sendiri untuk mengamen, disitulah aku ingin memiliki uang agar bisa membeli makan.
Aku mencari tutup botol di pembuangan sampah yang ada di rumah makan, dan aku meminta tolong kepada mas bengkel untuk membuatkan alat musik agar aku bisa mengamen.
Setelah jadi, aku mengamen di lampu merah dan dibeberapa tempat. Terkadang di lampu merah ada yang memberi kaos, ada juga yang memberi makanan. Hidup sendiri sejak kecil membuatku tau perjuangan hidup.
Dari tahun ke tahun aku merindukan ibu yang dulu meninggalkanku, wajahnya pun aku sudah lupa. Kini aku sudah berusaia 10 tahun, aku tidak pernah sekolah sejak kecil. Jangankan sekolah, makan pun waktu itu sulit.
Sekarang sudah lumayan mengerti uang dan bisa sewa kos bulanan. Setidaknya ada tempat tinggal untuk beristirahat saat Lelah. Saat pagi aku biasa bekerja dipasar mengangkatkan beberapa barang dari pasar ke mobil atau becak.
Biasanya ibu-ibu yang meminta tolong ke aku, terkadang juga pemilik toko meminta mengangkatkan dari mobil ke dalam toko, seperti tepung, kentang, sayur dan lain-lain.
Siangnya setelah pasar mulai sepi aku ngamen di lampu merah, pernah waktu ngamen sekilas aku melihat seorang laki-laki yang wajahnya tidak asing.
Ia melihatku dari dalam angkot, aku juga memandangnya. Setelah aku ingat-ingat wajahnya mirip dengan bapak, aku pun langsung pergi dari tempat itu, esoknya aku ngamen ditempat lain.
Ternyata tempat ini ada yang berkuasa, aku langsung dibawa ke gedung kosong oleh preman-preman di wilayah itu. Aku dipukuli oleh beberapa preman, diwilayah kekuasaan mereka yang ngamen harus minta izin dan membagi 50% dari hasil ngamen ke ketua preman.
Karena aku tidak bisa melawan dan aku memar-memar, aku pun berpura-pura pingsan. Karena mereka takut aku mati ketuanya pun menyuruh anak buahnya membawa aku di tepi jalan.
Setelah kurasa aman dan preman-preman-preman itu pergi aku langsung menepi di warung, aku membeli kopi dan es batu untuk mengompres luka-luka ku. Ibu penjual juga meminjamkan handuk kecil untuk membersihkan Lukaku.
Setelah selesai aku berjalan ke kos, dalam perjalanan aku melewati apotik, aku mampir dan bertanya harga obat untuk luka. Harganya Rp.24.000,- dan uangku hanya Rp.22.000,- masih kurang aku pun tidak jadi membeli.
Sesampai di kos aku langsung mandi dan istirahat. Menjelang malam badanku panas meriang, karena habis dipukuli rasanya sakit semua. Aku pun pergi ke warung depan kos untuk membeli obat turun panas dan nasi bungkus.
Langsung aku makan disitu dan minum obat itu, lalu pulang ke kos. Dikos aku tidak bisa tidur karena merasakan badan yang tidak karuan. Paginya biasanya aku kepasar tetapi kali ini aku tidak bisa bangun.
Aku beristirahat, karena lampu depan belum aku matikan ibu warung menduka kalau aku sakit karena tadi malamnya pas aku beli mukaku pucat.
Ibu warung depan kos pun membawakan sarapan dan obat ke kosku. Menyuruh aku istirahat. Siangnya ibu warung depan kos juga mengantar makanan lagi, ibu itu sangat baik. Aku sering dapat gratis makan dari ibu itu.
Malamnya aku lumayan membaik aku keluar untuk ngamen didekat-dekat agar bisa dapat sedikit uang untuk makan. Saat keluar kos aku dipanggi ibu warung depan kos, ibu itu meminta aku untuk makan dulu dan sudah disiapkan.
Saat makan aku sangat terharu ada yang memperhatikan aku, aku pun serasa memiliki ibu. Orang lain banyak yang peduli, bahkan kos pun dikasih murah oleh pemilik kos.
Sedangkan, ibu kandungku meninggalkanku sejak aku kecil berumur 4 tahun dan belum mengerti apa itu perpisahan, apa itu pertengkaran.
Hingga aku umur 10 tahun ini banyak pelajaran kehidupan yang aku dapatkan dari jalanan. Aku pun masih ingat betapa kasarnya bapak dulu kepada ibu, hingga aku mengerti keputusan ibu meninggalkan bapak memang benar tetapi ibu tidak seharusnya meninggalkanku.
Aku menangis didepan ibu warung depan kos, bercerita tentang semua perjalananku, hingga aku bisa lancar berbicara seperti ini karena aku sering mendengar orang-orang dijalanan karena saat umur ditinggalkan ibuku aku belum begitu lancar berbicara.
Aku bisa mengerti uang karena aku melihat orang-orang di jalanan. Semua pelajaran hidup aku dapatkan dari jalanan. Ibu warung depan kos pun ikut menangis dan memelukku.
Setelah selesai bercerita dan makan aku pun berpamitan untuk ngamen. Setelah kejadian kemarin aku tidak mau ngamen jauh-jauh lagi, cukup ditempat biasa aku ngamen saja.
Hari sudah larut malam aku pulang, di dalam kos aku menghitung uang hasilku mengamen. Aku mendapat Rp.34.500,- aku pun menyimpannya dan lanjut tidur.
Subuhnya aku kebangun dan segera mandi untuk ke pasar, sebenarnya badanku belum begitu enakan. Tetapi jika aku istirahat terus aku pasti menyusahkan ibu warung depan kos.
Aku pun berangkat ke pasar membantu mengangkat belanjaan seperti biasa. Waktu di pasar banyak yang bertanya tentang mukaku yang masih memar-memar. Karena pasar seperti keluargaku sendiri, semua baik padauku.
Siangnya aku pulang melewati toko bangunan, aku dikasih kaos oleh pemilik toko. Kebetulan aku lagi butuh baju untuk ganti, karena bajuku sudah kekecilan.
Aku ngamen di tempat biasanya, tetapi sudah ada orang yang ada di tempat itu, akhirnya aku memilih ngamen di sebrangnya.
Aku ngamen dari siang hari sampai jam 9 malam, tetapi hari ini aku tidak sampai jam 9 sudah pulang. Waktu pulang aku selalu mampir di warung ibu depan kos, untuk makan malam.
Kebetulan hari ini ada live pertandingan sepak bola. Di warung banyak orang-orang nonton pertandingan bola bersama. Aku pun sambil makan juga ikut menonton, karena badanku masih kurang enakan aku pun pulang duluan.
Hari ini lumayan pendapatanku ngamen dapat Rp.148.500,- aku pun memasukkan beberapa uangku ke tabunganku. Lalu aku mandi dan mencuci baju terus lanjut tidur.
Seperti biasa subuh aku sudah bangun aku segera berangkat ke pasar. Waktu di pasar aku bertemu seorang ibu yang wajahya tidak asing bagiku, sepertinya aku sudah pernah mengenal tetapi lupa.
Aku pun menawarkan bantuan untuk membawakan belanjaannya sampai ke mobil. Ibu itu menganguk sambil melihat wajahku, aku pun menenteng belanjaannya sampai mobil.
Setelah selesai aku memasukkan belanjaannya ke dalam mobil aku pun berpamitan kepada ibu itu. Saat hendak pergi aku diberi uang Rp.100.000,- saya pun menolaknya karena tidak ada kembalian karena biasanya membawakan belanjaan mendapat upah Rp.5000,- saja.
Ibu itu tetep memberi uang itu dan tidak mau dikasih kembalian, beliau bilang kalau aku mirip dengan anaknya dengan suami yang dulu yang pernah ditinggalkan.
Aku pun berfikir (apakah ini ibuku?). ibu itu juga bercerita saat ini ia sudah menikah lagi,ia kembali untuk mengambil anaknya tetapi mantan suaminya berkata anaknya sudah meninggal.
Namanya Dito rumahnya 10km dari sini. Aku pun langsung berterimakasih dan pergi dari ibu itu sambil meneteskan air mata.
Berarti benar itu ibuku, tetapi semua orang mengira aku sudah mati. Akhirnya aku bisa melihat wajah ibu kandungku, aku tidak mau mengganggu kehidupan barunya. Cukup aku mengetahuinya saja dan aku menjalani kehidupanku seperti biasa.