ByoAh –Seorang lelaki berusia sekitar 30 tahun duduk didepan apartermen dengan wajah muram. Hari ini hidupnya sangat sial dia diusir dari apartemennya karena sudah 2 bulan lebih belum membayar biaya sewa.
Cha Minho laki laki lajang padahal sudah cukup umur untuk menikah, hidupnya sangat berantakan pekerjaanya pun tak menentu.
Minho mengeluarkan ponsel dari sakunya yang berbunyi, ia mengangkat telephone dari nomor tidak dikenali, sial ternyata itu adalah nomor orang yang menagih hutang kepadanya.
Minho memohon mohon kepada seseorang itu agar memberinya waktu lebih lama lagi lalu segera mematikan telephonenya. Tiba tiba sesuatu terlintas dipikiran Minho yang membuatnya tersenyum lebar.
Minho pernah meminjami uang dengan jumlah yang sangat besar kepada Lami teman seperjuanganya. Belum sempat Minho bergerak dari tempat tersebut ia mendapat kabar melalui SMS bahwa lami kecelakaan hari ini.
Minho tertawa miris dunia sedang bercanda kepadanya. Kenapa kesialan terus menerus menimpa kepadanya. Minho menendang botol kaleng di depannya untuk melampiaskan amarahnya.
Namun, malah mengenai kepala seorang bertubuh besar, Minho segera melarikan diri sebelum dipukuli habis habisan.
Minho masuk keruangan tempat Lami dirawat, entah mengapa hatinya sedikt sakit melihat banyak benda tertancap ditubuhnya yang terbaring tidak berdaya.
Minho masuk dengan perlahan lalu tersenyum manis membuat Lami ikut tersenyum kecil. Lami memberi isyarat agar Minho mendekat dia ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting.
Minho menurut lalu mendekatkan telinganya didekat Lami, Lami meminta tolong kepada Minho untuk merawat anaknya, mungkin akan sulit dan perlu kesabaran yang exstra karena dia adalah anak yang istimewa.
Namun Lami sangat percaya kepada Minho bahwa ia orang yang baik. Lami juga menyerahkan apartermennya kepada Minho ia bebas menggunakan semua harta benda yang ada didalamnya.
Minho membulatkan matanya terkejut mendengar apa yang lami katakana barusan. Minho mengatakan bahwa dirinya pasti bisa sembuh, bagaimana bisa Minho melakukan semua itu, ini sangat tidak masuk akal. Lami tersenyum kecil lalu menutup matanya.
Dengan ragu ragu Minho membuka apartemen milik Lami. Minho melihat sekeliling ruangan yang berantakan, tidak satu pun makanan di dapur ia hanya melihat keranjang besar yang penuh dengan roti di meja makan.
Minho terkejut melihat anak kecil dengan rambut acak acakan keluar dari kolong meja belajar mengambil roti lalu kembali masuk kedalam kolong tersebut.
Ia melihat foto Lami dan anaknya itu, Minho mendekat mengambil foto tersebut dipojok paling kanan tertulis nama Winter.
Minho mendekati Winter dengan hati hati menyuruhnya untuk keluar dari tempat tersebut namun anak kecil tersebut malah ketakutan dan menangis histeris.
Minho mencoba menenangkanya dengan berkata bahwa dia adalah orang baik jadi tidak perlu takut kepadanya. Minho beralih memilih untuk membersihkan ruangan yang berantakan sampai sampai ia terdidur di lantai.
Tidak terasa Matahari mulai menapakkan dirinya Mihno meregangkankan tubuhnya, ia terkejut melihat Winter yang tiba tiba keluar hanya untuk mengambil roti lalu kembali lagi ketempat semula.
Minho belum terbiasa dengan Susana seperti ini. Minho ingin membeli makanan di luar ia menyuruh Winter untuk menunggunya. Minho heran mengapa anak tersebut sangat diam.
Minho membeli bubur di toko terdekat, saat perjalanan pulang banyak ibu ibu yang memberikan kata kata sabar untuk dirinya, banyak yang mengira Minho adalah suami dari Lami. Minho hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut.
Minho menyiapkan meja kecil untuk makan bersama Winter, Ia mengajak anak kecil tersebut dengan perlahan untuk keluar dari kolong yang gelap itu. Setelah 30 menitan akhirnya Winter mau keluar dan duduk di depan meja kecil.
Minho menyuapkan bubur tersebut kepada Winter namun dia tidak mau membuka mulutnya, Minho terus berusaha namun Winter malah menangis kencang dan menumpahkan buburnya itu sampai mengenai bajunya.
Mihno menyerah dan membiarkan Winter kembali ketempat gelap itu. Minho memilih keluar untuk menyegarkan pikiranya, ia berusaha mencari tahu tentang latar belakang anak Lami tersebut.
Teman teman Lami mengatakan bahwa Winter mempunyai gangguan kesehatan mental, ia sering berada di tempat yang gelap dan sangat menyukai roti.
Minho menenteng sekeresek roti yang ia beli di warung yang ia lewati tadi. Minho melihat Winter yang sedang menungguinya di depan pintu masuk.
Winter menarik baju Minho lalu memberi isyarat bahwa ia lapar. Minho mengeluarkan semua roti yang ada di kereknya tadi.
Winter tersenyum lebar sembari mengambil roti tersebut, Minho menatap Winter dengan mata berbinar hatinya begitu tenang melihat anak kecil tersebut bahagia dengan hal hal kecil.
Hari sudah mulai malam Minho menyiapkan tempat tidur dengan menggelar karpet lalu kasur seadanya. Dia menyuruh Winter untuk tidur disampingnya namun Winter tetap memilih tidur di tempat gelap dengan memeluk kaos milik ibunya.
Pagi harinya Minho membangunkan Winter ia berniat mengganti pakaianya dan merapihkan rambutnya. Minho meminta baju ibunya tersebut namun Winter malah menangis kencang.
Kebetulan ibu pemilik apartement datang untuk memberikan buah kepada Minho. Ia melihat kondisi Winter yang sangat menyedihkan dan berniat untuk membantunya.
Bu Irma menyuruh Mihno untuk menyiapkan air hangat untuk mandi, dengan perlahan dan penuh kesabaran bu Irma meminta baju ibunya dan memandikan Winter.
Sebenarnya Winter anak yang penurut hanya saja harus sabar dan perlahan lahan dalam mengurusinya. Bu Irma memberi sedikit nasehat kepada Minho agar ia lebih telaten mengurus Winter. Bu Irma kasihan jika melihat Winter seperti anak yang tidak terurus seperti tadi.
Minho menatap Winter yang sedang tidur pulas, wajahnya yang mungil membuatnya gemas. Minho berharap Winter bisa terus tersenyum dengan Bahagia. Ia merebahkan tubuhnya di samping Winter dan tertidur.
Tiba tiba dari arah pintu terdengar suara gaduh, Minho melihat dari balik jendela ternyata mereka adalah orang suruhan yang ditugaskan untuk menagih hutang Minho. Minho memastikan terlebih dahulu jika Winter aman dan masih terdidur pulas.
Minho mengemasi semua barang barang yang diperlukan hari ini ia berencana untuk pindah karena dirumah ini sudah tidak aman. Winter hanya berdiam diri menatap Minho yang sedari tadi bolak balik dihadapanya.
Ayah… satu kata tersebut berhasil membuat Minho menghetikan aktivitasnya. Minho menatapnya tidak percaya dan menyuruh Winter untuk mengulangi kalimatnya.
Minho memeluk Winter erat mengatakan bahwa Winter anak pintar, Winter tertawa renyah membuat Minho sangat Bahagia.
Minho menjual separuh barang barang yang sudah tidak diperlukan untuk membayar hutang meski belum sepenuhnya lunas setidaknya ia tidak akan menjadi buronan. Minho berniat pindah ke perdesaan yang jauh dari kota.
Namun sebelumnya ia mempunyai janji dengan seseorang. Seorang laki laki yang lebih tua darinya melambaikan tangan dengan membawa tas kecil berisi boneka. Minho menggandeng tangan Winter untuk menemui ayah kandungnya itu.
Mereksa duduk di bangku taman yang rindang. Ayah winter mencoba mendekatinya dengan memberikan hadiah yang sudah ia bawa.
Namun winter hanya diam saja dan menatap Minho. Minho memberi isyarat kepada Winter agar menerima hadiah tersebut. Ayah Winter terharu melihat kedekatan mereka, kemana saja ia selama ini sampai melupakan putri kecilnya ini.
Bara memberikan amplop berisi uang kepada Minho, Minho sempat kebingunan lalu menolaknya, Winter bukanlah barang yang bisa diganti dengan uang.
Bara sebenarnya ingin mengajak Winter tinggal bersamanya namun saat melihatnya menangis ia tidak tega. Winter juga kelihatan nyaman dengan Minho, dengan berat hati Bara melepaskan Winter.
Mereka berdua akhirnya sampai ditempat tujuan. Desa yang sangat indah dan asri Winter kegirangan tidak sabar ingin keluar dari mobil bekas yang tadi Minho beli.
Minho mendirikan tenda kecil di sebuah bukit, tidak lupa dengan roti kesukaan Winter. Mihno memecah semangka yang tadi ia beli saat perjalanan, Minho menyuruh Winter untuk mencicipinya.
Awalnya winter menolak tapi ahirnya Winter malah makan dari separuh semangka tersebut. Minho gemas melihat Winter yang belepotan, mulutnyua penuh dengan semangka. Titik titik hujan turun dengan tiba tiba, Minho menyuruh Winter untuk masuk kedalam mobil.
Namun Winter berlari lari sambil menikmati rintik hujan. Minho berlarian mengejar Winter yang semakin menjauh. Mereka seperti sepasang Anak dan Ayah sungguhan.
Minho tidak pernah berfikir bahwa seorang anak kecil bisa membuat hidupnya berubah drastic. Ia bersyukur Winter telah hadir di dalam hidupnya.
~SELESAI~